Rabu, 04 September 2013

Mati Dalam Pelukanmu



    
   Dua sahabat dari kecil, dua anak cewek cowok yang semenjak kecil selalu bersama. Setiap yang satu anak sakit yang satu juga ikut merasakan sakit, kedua anak ini seperti anak kembar walaupun beda ayah dan ibu, setiap hari selalu bermain bareng. disaat mereka main berdua dengan asyiknya main didepan teras, si ayah Tiwi nama gadis kecil itu mendekatinya,
     “Baru main apa tu Nak, kayaknya asyik ni ?” sambut sang ayah
     “Ini Yah, Cuma main biasa saja mau ikut apa Yah, sini ?” Tiwi menjawab dengan senyumnya
     “Om, kok tumben jam segini gak kerja, emang sekarang om baru libur ya ?” tanya Iyon
     “Gak, cyanku om Cuma pingin siap-siap saja ?” ayah Tiwi menjawab
     "Emg mau kemana, Yah ??” Tiwi bertanya dengan penasarannya
     “Tiwi anakku, besuk ayah akan dipindahkan tugas diluar kota, jadi kita akan pindah sekeluarga !” ayah tiwi menjelaskan

      “aahhh.... ayah bercandakan ?” tanya Tiwi dengan tidak percaya.
      “Iyaa anakku !” ayahnya sambil berdiri dan masuk rumah.
      Mereka berdua pun masih terdiam termangu gak percaya seupama keluarga Tiwi akan pindah, jadi mereka belum percaya jika mereka ingin pisah, dan gak tahu sampai kapan dia akan pisah.
      “Yon, kitaaaaa ?” Tiwi mulai berbicara
      “Jadi kita akan pisah dong ??” tanya Iyon gak percaya
      Dengan rasa gak percaya, dengan mereka pun berjalan dengan air mata yang membasahi  pipi mereka menuju sebuah pohon, setelah sampai bawah pohon mereka berjanji 15 tahun lagi tanggal 02 juni, pukul 19:00, karena tanggal itu adalah tanggal mereka berdua dilahirkan. dia akan bertemu ditempat itu. Mereka ukir pohon itu dengan nama mereka.
      Pagi pun menjadi siang, siang menjadi malam. Hari itu adalah hari yang paling terasa lama bagi mereka berdua, karena keesok harinya akan berpisah, semalaman mereka menangis ditempat tidur mereka masing-masing. Walaupun tersa lama, malam pun berganti pagi, saatnya keluarga Tiwi untuk pergi, meninggalkan kota itu, meninggalkan si Iyon, teman Tiwi. Iyon pun menahan rasa kehilangan seorang sahabat.
      “Wi, jangan lupa ya sama diriku disini !” Iyon sambil meluk dan neteskan air mata
      “Kamu juga ya, jangan lupa tanggal 02 juni yaa !” Tiwi sambil lepaskan pelukan
      Dengan diiringi lambaian tangan serta tetesan air mata, keluarga Tiwi pun pergi. Tanpa ada saling ngabarin, tanpa ada yang saling ngirim surat, mereka pun tiada kontak. Dengan kehidupan yang jauh, dengan kesibukan masing-masing. Hari pun terus berganti, tahun pun juga ikut berganti.

 15 tahun kemudian

      Sore itu tepatnya tanggal 02 juni, yang mereka sepakati untuk selalu bertemu ditempat itu. Walaupun waktu baru menunjuk pukul 16:17. Dengan rasa senang campur dengan rasa kangen bersiap-siap, Iyon pun berlari, hingga tak merasa sakit kakinya  berdarah karena tersandung batu. Dengan rasa tak sabar, ignin bertemu, dia menanti kedatangan sahabatnya, yang tahun lalu pergi. Sore itupun yang tadinya cerah, yang tadinya matahari menanmpak sinarnya, berubah menjadi gelap, berubah menjadi hitam karena tertutupi awan mendung, langit yang gelap pun menurunkan airnya, hujan lebat ditambah petir yang menyambar-nyambar. Iyon pun tetap menunggu sahabatnya. Tepatnya pukul 18:50, suasana pun gelap, karena gelanya Iyon pun mengira hari nitu sudah pukul 22:00. Dengan hati yang kecewa, dengan baju bsah kuyub karena hujan, iyon pun berniat untuk pulang. Iyon merasa dibohongi sama sahabatnya, yamg berniat untuk bertemu merayakan ulang tahun mereka berdua disitu.
      Berbeda beberapa menit, tepatnyan pukul 18:55 Tiwi datang, Tiwi mencari keliling kemana-mana gak ada sahabatnya. Menunggu beberapa lama gak datang-datang, Tiwi pun berniat mencarinya dirumah.
      TINGGGGGGGGG........TIIIIIINGGGGG....!!! suara Tiwi menekan bel rumah,
      “Maaf, cari siapa ?” tuan rumahnya sambil membukakan pintu
maaf, bu. Ibu siapa yaa, iyon nya ada gak ya bu ??” dengan rasa penasaran karena yang membukakan pintu gak dikenalnya.
      “lha ini siapa, disini gak ada yang namanya Iyon ?” jawab ibu tuan rumah itu
      “Iyon, Bu. Yang tinggal disini !” Tiwi meyakinkan
      Dengan nada lirih dan menjelaskan ibu pun mulai cerita, ternyata Iyon dan keluarganya sudah pergi, setahun yang lalu meninggalkan rumahnya. Karena ayahnya kena tipu bisnis, yang mengharuskan rumahnya dijual  untuk membayar hutang ayahnya. Dalam hati yang gak percaya, dalam hati yang penuh rasa kangen terhadap sahabatnya, Tiwi pun pulang. Dia gak pernah menyangka bahwa tahun ini gak bisa merayakan ulang tahunnya bersama sahabatnya.
      “Mungkin ini hari ulang tahun yang paling buruk dalam hidupnya, dimanakah kau sahabatku, dimana, diriku ingin bertemu denganmu.” Kata Tiwi dalam hati sambil pulang menuju rumahnya
      Gak jauh dari rumah Tiwi berjalan pulang, Dia melihat ada keramaian ditepi jalan, Tiwi pun tetap meneruskan perjalananya pulang, gak tahu kenapa ada yang memanggilnya untuk melihat keramaian itu, Tiwi pun membalikan jalannya dan memberanikan diri untuk melihat keramaian itu. Ternyata disitu ada kecelakan, ada orang yang tertabrak, seorang pemuda jalanan yang tertabrak mobil. Dengan rasa penasaran, dengan rasa takut Dia melihat, ternyata setelah melihat pemuda tadi yang terlumpuri darah, sepertinya Tiwimerasa kenal dengan pemuda itu, tapi Dia gak percaya jika Iyon yang dulunya bersih putih berubah jadi anak jalanan.
      “Wiiiiii....??” Iyon memanggil dengan lirihnya
Tiwi pun masih mengamati pemuda itu, disaat Iyon memanggil Dia baru percaya, bahwa pemuda itu adalah sahabatnya yang 15 tahun yang lalu berpisah.
      “Iyoonnnnn......ini Iyon.???” Tiwi bersimpuh dan langsung meluk Iyon yang sedang menahan sakitnya
      “selamat ulang tahun yaa, semoga selalu sukses, jangan pernah lupakan diriku, tadi diriku habis dari pohon itu, sampai ketemu lagi “. Iyon pun meninggal dunia
      “Iyoooooooonnn......!!!!” dengan teriak dan menangis sekencangnya, Tiwi gak percaya bahwa temannya akan meninggalkan nya selamanya
      Malam pun berganti pagi, pagi yang mendung, hari yang seolah ikut bela sungkawa. Dengan ditamani keluarga Tiwi, dia pun menguburkan jasad Iyon.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar