Dua sahabat dari kecil, dua anak cewek cowok yang semenjak kecil selalu bersama. Setiap yang satu anak sakit yang satu juga ikut merasakan sakit, kedua anak ini seperti anak kembar walaupun beda ayah dan ibu, setiap hari selalu bermain bareng. disaat mereka main berdua dengan asyiknya main didepan teras, si ayah Tiwi nama gadis kecil itu mendekatinya,
“Baru main apa tu Nak, kayaknya asyik ni ?” sambut sang ayah
“Ini Yah, Cuma main biasa saja mau ikut apa Yah, sini ?”
Tiwi menjawab dengan senyumnya
“Om, kok tumben jam segini gak kerja, emang sekarang om baru
libur ya ?” tanya Iyon
“Gak, cyanku om Cuma pingin siap-siap saja ?” ayah Tiwi
menjawab
"Emg mau kemana, Yah ??” Tiwi bertanya dengan penasarannya
“Tiwi anakku, besuk ayah akan dipindahkan tugas diluar kota,
jadi kita akan pindah sekeluarga !” ayah tiwi menjelaskan
“aahhh.... ayah bercandakan ?” tanya Tiwi dengan tidak
percaya.
“Iyaa anakku !” ayahnya sambil berdiri dan masuk rumah.
Mereka berdua pun masih terdiam termangu gak percaya seupama
keluarga Tiwi akan pindah, jadi mereka belum percaya jika mereka ingin pisah,
dan gak tahu sampai kapan dia akan pisah.
“Yon, kitaaaaa ?” Tiwi mulai berbicara
“Jadi kita akan pisah dong ??” tanya Iyon gak percaya
Dengan rasa gak percaya, dengan mereka pun berjalan dengan
air mata yang membasahi pipi mereka
menuju sebuah pohon, setelah sampai bawah pohon mereka berjanji 15 tahun lagi
tanggal 02 juni, pukul 19:00, karena tanggal itu adalah tanggal mereka berdua
dilahirkan. dia akan bertemu ditempat itu. Mereka ukir pohon itu dengan nama
mereka.
Pagi pun menjadi siang, siang menjadi malam. Hari itu adalah
hari yang paling terasa lama bagi mereka berdua, karena keesok harinya akan
berpisah, semalaman mereka menangis ditempat tidur mereka masing-masing.
Walaupun tersa lama, malam pun berganti pagi, saatnya keluarga Tiwi untuk
pergi, meninggalkan kota itu, meninggalkan si Iyon, teman Tiwi. Iyon pun
menahan rasa kehilangan seorang sahabat.
“Wi, jangan lupa ya sama diriku disini !” Iyon sambil meluk
dan neteskan air mata
“Kamu juga ya, jangan lupa tanggal 02 juni yaa !” Tiwi
sambil lepaskan pelukan
Dengan diiringi lambaian tangan serta tetesan air mata,
keluarga Tiwi pun pergi. Tanpa ada saling ngabarin, tanpa ada yang saling
ngirim surat, mereka pun tiada kontak. Dengan kehidupan yang jauh, dengan
kesibukan masing-masing. Hari pun terus berganti, tahun pun juga ikut berganti.
15 tahun kemudian
Sore itu tepatnya tanggal 02 juni, yang mereka sepakati
untuk selalu bertemu ditempat itu. Walaupun waktu baru menunjuk pukul 16:17.
Dengan rasa senang campur dengan rasa kangen bersiap-siap, Iyon pun berlari,
hingga tak merasa sakit kakinya berdarah
karena tersandung batu. Dengan rasa tak sabar, ignin bertemu, dia menanti
kedatangan sahabatnya, yang tahun lalu pergi. Sore itupun yang tadinya cerah,
yang tadinya matahari menanmpak sinarnya, berubah menjadi gelap, berubah menjadi
hitam karena tertutupi awan mendung, langit yang gelap pun menurunkan airnya,
hujan lebat ditambah petir yang menyambar-nyambar. Iyon pun tetap menunggu
sahabatnya. Tepatnya pukul 18:50, suasana pun gelap, karena gelanya Iyon pun
mengira hari nitu sudah pukul 22:00. Dengan hati yang kecewa, dengan baju bsah
kuyub karena hujan, iyon pun berniat untuk pulang. Iyon merasa dibohongi sama
sahabatnya, yamg berniat untuk bertemu merayakan ulang tahun mereka berdua
disitu.
Berbeda beberapa menit, tepatnyan pukul 18:55 Tiwi datang,
Tiwi mencari keliling kemana-mana gak ada sahabatnya. Menunggu beberapa lama
gak datang-datang, Tiwi pun berniat mencarinya dirumah.
TINGGGGGGGGG........TIIIIIINGGGGG....!!! suara Tiwi menekan
bel rumah,
“Maaf, cari siapa ?” tuan rumahnya sambil membukakan pintu
maaf, bu. Ibu siapa yaa, iyon nya ada gak ya bu ??” dengan
rasa penasaran karena yang membukakan pintu gak dikenalnya.
“lha ini siapa, disini gak ada yang namanya Iyon ?” jawab
ibu tuan rumah itu
“Iyon, Bu. Yang tinggal disini !” Tiwi meyakinkan
Dengan nada lirih dan menjelaskan ibu pun mulai cerita, ternyata
Iyon dan keluarganya sudah pergi, setahun yang lalu meninggalkan rumahnya.
Karena ayahnya kena tipu bisnis, yang mengharuskan rumahnya dijual untuk membayar hutang ayahnya. Dalam hati
yang gak percaya, dalam hati yang penuh rasa kangen terhadap sahabatnya, Tiwi
pun pulang. Dia gak pernah menyangka bahwa tahun ini gak bisa merayakan ulang
tahunnya bersama sahabatnya.
“Mungkin ini hari ulang tahun yang paling buruk dalam hidupnya,
dimanakah kau sahabatku, dimana, diriku ingin bertemu denganmu.” Kata Tiwi
dalam hati sambil pulang menuju rumahnya
Gak jauh dari rumah Tiwi berjalan pulang, Dia melihat ada
keramaian ditepi jalan, Tiwi pun tetap meneruskan perjalananya pulang, gak tahu
kenapa ada yang memanggilnya untuk melihat keramaian itu, Tiwi pun membalikan
jalannya dan memberanikan diri untuk melihat keramaian itu. Ternyata disitu ada
kecelakan, ada orang yang tertabrak, seorang pemuda jalanan yang tertabrak mobil.
Dengan rasa penasaran, dengan rasa takut Dia melihat, ternyata setelah melihat
pemuda tadi yang terlumpuri darah, sepertinya Tiwimerasa kenal dengan pemuda
itu, tapi Dia gak percaya jika Iyon yang dulunya bersih putih berubah jadi anak
jalanan.
“Wiiiiii....??” Iyon memanggil dengan lirihnya
Tiwi pun masih mengamati pemuda itu, disaat Iyon memanggil
Dia baru percaya, bahwa pemuda itu adalah sahabatnya yang 15 tahun yang lalu berpisah.
“Iyoonnnnn......ini Iyon.???” Tiwi bersimpuh dan langsung
meluk Iyon yang sedang menahan sakitnya
“selamat ulang tahun yaa, semoga selalu sukses, jangan
pernah lupakan diriku, tadi diriku habis dari pohon itu, sampai ketemu lagi “.
Iyon pun meninggal dunia
“Iyoooooooonnn......!!!!” dengan teriak dan menangis
sekencangnya, Tiwi gak percaya bahwa temannya akan meninggalkan nya selamanya
Malam pun berganti pagi, pagi yang mendung, hari yang seolah
ikut bela sungkawa. Dengan ditamani keluarga Tiwi, dia pun menguburkan jasad
Iyon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar